Sariagri - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir transaksi hari ini, Rabu (22/12), menguat 14 poin atau 0,10 persen menjadi Rp14.289 per dolar AS dibandingkan posisi penutupan sehari sebelumnya Rp14.303 per dolar AS.
Hingga pukul 15.00 WIB, sejumlah nilai tukar mata uang di kawasan Asia juga menguat terhadap dolar AS, di antaranya krown Korea naik 0,05 persen, dolar Hong Kong stagnan, dolar Taiwan stagnan, dan rupee India naik 0,02 persen.
Sedangka yen Jepang turun 0,08 persen, dolar Singapura turun 0,09 persen, peso Filipina anjlok 0,48 persen, nilai tukar rupiah yuan China turun 0,01 persen, ringgit Malaysia tergerus 0,14 persen, dan baht Thailand anjlok 0,27 persen.
Direktur TRFX Garuda Berjangka, nilai tukar rupiah Ibrahim Assuaibi, mengatakan penguatan rupiah dipicu oleh melemahnya indeks dolar akibat pasar kembali mengoleksi aset berisiko, karena kekhawatiran atas varian Omicron Covid-19.
“Imbal hasil Treasury AS yang lebih tinggi dan selera risiko investor yang agak membaik mengatasi kekhawatiran tersebut,” kata Ibrahim.
Baca Juga: Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Diperkirakan Lanjutkan PenguatanKurs Rupiah Hari Ini Kemungkinan Stabil
Imbal hasil (yield) Treasury AS lebih tinggi pada hari Selasa setelah investor fokus pada kondisi ekonomi yang optimis dan diskon inflasi. Lelang obligasi 20 tahun berjalan lebih baik dari yang diharapkan.
Menurut Ibrahim, penyebaran varian Omicron di seluruh Eropa, AS, dan Asia, telah membuat beberapa negara mempertimbangkan untuk menerapkan kembali tindakan pembatasan. Bahkan, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson memperingatkan warganya untuk berhati-hati tetapi mengesampingkan pembatasan yang lebih ketat menjelang liburan. Di Jerman, pertemuan kemungkinan akan dibatasi hingga 10 orang dan Prancis akan membatasi perayaan malam tahun baru.
Di seberang Atlantik, Presiden AS Joe Biden mendesak orang Amerika untuk divaksinasi sebelum Natal. Badan Pengawas Obat dan Makanan AS a kemungkinan akan mengesahkan pil pengobatan Covid-19 dari Pfizer Inc dan Merck & Co Inc pada awal minggu ini sehingga mendorong sentimen investor.
“Kebijakan itu akan meningkatkan sentimen sehingga Presiden AS Joe Biden optimistis bisa mencapai kesepakatan dengan Senator Joe Manchin untuk mendorong RUU Build Back Better senilai 1,75 triliun dolar AS melalui Kongres,” kata Ibrahim.
Dari dalam negeri, Ibrahim menyebut sentimen berasal dari strategi pemerintah mengawasi lebih ketat perjalanan ke luar kota masyarakat menjelang natal dan tahun baru. “Ketegasan pengawasan akan menimbulkan optimstis bagi pasar,” pungkas Ibrahim.
Sebelumnya, pengamat pasar uang, nilai tukar rupiah Ariston Tjendra, mengatakan meskipun kekhawatiran pasar terhadap varian Omicron masih tinggi, tapi harga aset-aset berisiko mengalami kenaikan kemarin.
“Mungkin aksi window dressing para manajer investasi menjelang akhir tahun mendorong kenaikan tersebut. Selain itu, varian Omicron juga banyak disebutkan tidak memberikan dampak fatal untuk kesehatan penderitanya,” jelasnya.
Ariston mengatakan , nilai tukar rupiah di Indonesia sendiri, pemerintah tidak menerapkan pembatasan yang ketat seperti di awal penularan varian Delta. Jadi ini bisa memberikan sentimen positif ke pasar.
“Di sisi lain, kekhawatiran pasar terhadap Omicron masih bisa kembali lagi dan menekan rupiah. Demikian juga antisipasi pasar terhadap kebijakan pengetatan moneter AS juga bisa menahan penguatan rupiah,” pungkas Ariston.
Video Terkait:
Hingga pukul 15.00 WIB, sejumlah nilai tukar mata uang di kawasan Asia juga menguat terhadap dolar AS, di antaranya krown Korea naik 0,05 persen, dolar Hong Kong stagnan, dolar Taiwan stagnan, dan rupee India naik 0,02 persen.
Sedangka yen Jepang turun 0,08 persen, dolar Singapura turun 0,09 persen, peso Filipina anjlok 0,48 persen, nilai tukar rupiah yuan China turun 0,01 persen, ringgit Malaysia tergerus 0,14 persen, dan baht Thailand anjlok 0,27 persen.
Direktur TRFX Garuda Berjangka, nilai tukar rupiah Ibrahim Assuaibi, mengatakan penguatan rupiah dipicu oleh melemahnya indeks dolar akibat pasar kembali mengoleksi aset berisiko, karena kekhawatiran atas varian Omicron Covid-19.
“Imbal hasil Treasury AS yang lebih tinggi dan selera risiko investor yang agak membaik mengatasi kekhawatiran tersebut,” kata Ibrahim.
Baca Juga: Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Diperkirakan Lanjutkan PenguatanKurs Rupiah Hari Ini Kemungkinan Stabil
Imbal hasil (yield) Treasury AS lebih tinggi pada hari Selasa setelah investor fokus pada kondisi ekonomi yang optimis dan diskon inflasi. Lelang obligasi 20 tahun berjalan lebih baik dari yang diharapkan.
Menurut Ibrahim, penyebaran varian Omicron di seluruh Eropa, AS, dan Asia, telah membuat beberapa negara mempertimbangkan untuk menerapkan kembali tindakan pembatasan. Bahkan, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson memperingatkan warganya untuk berhati-hati tetapi mengesampingkan pembatasan yang lebih ketat menjelang liburan. Di Jerman, pertemuan kemungkinan akan dibatasi hingga 10 orang dan Prancis akan membatasi perayaan malam tahun baru.
Di seberang Atlantik, Presiden AS Joe Biden mendesak orang Amerika untuk divaksinasi sebelum Natal. Badan Pengawas Obat dan Makanan AS a kemungkinan akan mengesahkan pil pengobatan Covid-19 dari Pfizer Inc dan Merck & Co Inc pada awal minggu ini sehingga mendorong sentimen investor.
“Kebijakan itu akan meningkatkan sentimen sehingga Presiden AS Joe Biden optimistis bisa mencapai kesepakatan dengan Senator Joe Manchin untuk mendorong RUU Build Back Better senilai 1,75 triliun dolar AS melalui Kongres,” kata Ibrahim.
Dari dalam negeri, Ibrahim menyebut sentimen berasal dari strategi pemerintah mengawasi lebih ketat perjalanan ke luar kota masyarakat menjelang natal dan tahun baru. “Ketegasan pengawasan akan menimbulkan optimstis bagi pasar,” pungkas Ibrahim.
Sebelumnya, pengamat pasar uang, nilai tukar rupiah Ariston Tjendra, mengatakan meskipun kekhawatiran pasar terhadap varian Omicron masih tinggi, tapi harga aset-aset berisiko mengalami kenaikan kemarin.
“Mungkin aksi window dressing para manajer investasi menjelang akhir tahun mendorong kenaikan tersebut. Selain itu, varian Omicron juga banyak disebutkan tidak memberikan dampak fatal untuk kesehatan penderitanya,” jelasnya.
Ariston mengatakan , nilai tukar rupiah di Indonesia sendiri, pemerintah tidak menerapkan pembatasan yang ketat seperti di awal penularan varian Delta. Jadi ini bisa memberikan sentimen positif ke pasar.
“Di sisi lain, kekhawatiran pasar terhadap Omicron masih bisa kembali lagi dan menekan rupiah. Demikian juga antisipasi pasar terhadap kebijakan pengetatan moneter AS juga bisa menahan penguatan rupiah,” pungkas Ariston.
Video Terkait: